KARYABANTEN.COM – Ratusan pedagang pasar Cisoka, Kabupaten Tangerang, Banten mengeluhkan omzet menurun hingga gulung tikar akibat masih banyaknya pedagang yang bertahan dan berjualan di Pasar Penampungan
Pedagang Sayur di Pasar Cisoka, Hendra mengaku pendapatannya menurun drastis hingga 60 persen dampak dari masih bukanya pasar penampungan sementara. Sebab para pembeli lebih memilih membeli bahan kebutuhan pokok kepada penjual di pinggir jalan tersebut.
“Karena pasar penampungan masih buka, sekarang terasa sepi pembeli , jangankan yang beli yang lewat saja sepi,” katanya.
Seharusnya, kata Hendra, pasar penampungan itu ditutup oleh pemerintah daerah (Pemda) dan ratusan pedagang yang masih bertahan disana bersedia pindah menempati lapak-lapak kosong yang telah disediakan di Pasar Cisoka.
“Kan kesepakatannya setelah pasar Cisoka dibangun, para pedagang di pasar penampungan pindah. Tapi justru masih bertahan dan makin banyak,” ucapnya.
Senada, Pedagang Ikan, Saribudi mengatakan, dampak masih bukanya pasar penampungan itu, setiap hari dagangannya tidak pernah habis bahkan sampai busuk. “Jualan ikan masih sepi aja sampai jam segini biasa nya sudah banyak yang beli, karena adanya dampak pasar penampungan, biasanya jam 8 pagi sudah ada banyak yang beli,” ujarnya.
Ia pun berharap Pemda dapat segera mencarikan solusi. Jika tidak, kata Budi, Pedagang di Pasar Cisoka akan terus berkurang dan akhirnya pasar Cisoka menjadi terbengkalai. “Kalau terus dibiarkan ya lama-lama pedagang kabur ninggalin pasar,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Pasar Cisoka, Nana mengungkapkan yang gulung tikar kurang lebih ada 100 pedagang, dari total 400an pedagang. Menurutnya, para pembeli lebih nyaman berbelanja kebutuhan di Pasar Penampungan karena letaknya di pinggir jalan.
Selain itu, pembeli tidak perlu membayar parkir. “Yang utama kendalanya itu karena ada pasar penampungan, karena para pembeli ini merasa nyaman belanja di sana jadi tidak mau pindah ke dalam pasar,” terangnya.
Padahal, kata Nana, pasar cisoka bagus dan bersih setelah revitalisasi serta cukup untuk para pedagang. Sedangkan di Pasar Penampungan, pedagang harus membayar sewa Rp1,5 juta per bulan. Belum lagi ada salar perhari nya.
Lebih jauh, Nana mengaku telah beberapa kali mengadukan hal tersebut kepada Camat Cisoka, namun pihak Kecamatan mengatakan tidak bisa menutup Pasar Penampungan dengan alasan pasar tersebut berdiri di lahan milik pribadi.
“Pasar Penampungan sempat ditutup oleh pemerintah , tapi di bongkar lagi, padahal kalau di buka kena pasal faktanya tidak ada, Camat Cisoka juga sudah mengetahui persoalan ini, jawabannya pasar itu masih kuat karena alasan tanah pribadi,” tandasnya.
(Der/San)
Tinggalkan Balasan